TIMES TEGAL, TEGAL – Di sudut becek Pasar Margasari merupakan satu satunya pasar terbesar dan gerbang masuk wilayah Kecamatan Margasari yang menaungi 13 desa,
Di atas lantai yang setengah tergenang air hujan, seorang perempuan paruh baya sedang sibuk merapikan sayuran di atas peti kayu. Kakinya basah, sandal jepitnya tinggal sebelah karena terhisap lumpur.
Sebut saja namanya Rutinah, usianya 49 tahun. Sudah 18 tahun dia berdagang di Pasar Margasari dan baginya, becek, bau, dan banjir adalah teman lama yang tidak pernah pergi.
“Beginilah tiap musim hujan. Kalau air naik, ya pasrah. Dagangan harus tetap jalan,” katanya lirih, tanpa banyak mengeluh.
Rabu 4 Juni 2025 suasana di Desa Jatilaba Kecamatan Margasari jauh berbeda dengan biasanya, warga berkrumun memadati balai desa menanti kehadiran Bupati Tegal, Haji Ischak Maulana Rohman dalam agenda Tilik Desa ke Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari.
Kunjungan Bupati Tegal bukan hanya untuk melihat-lihat, tetapi juga membawa janji menata hingga drainase Pasar Margasari dan juga pembangunan jalan alternatif Margasari–Jatibarang dan realisasi terkait relokasi Puskesmas ke tempat yang lebih layak.
Bagi sebagian warga Kecamatan Margasari kehadiran Bupati Tegal Ischak Maulana dan jajaran Kepala Dinas, Kepala Desa, serta unsur lainnya memberi harapan tetapi bagi yang lain, janji itu terdengar familiar. Terlalu familiar.
“Dulu juga pernah dijanjikan hal yang sama. Tapi sampai sekarang, jalan rusak masih ada, air tergenang yang tetap datang,” ujar warga Desa Jatilaba yang juga hadir saat acara berlangsung.
Tidak dipungkiri kondisi Pasar Margasari yang menjadi simbol di 13 desa semakin tak tertata, drainase yang buruk membuat genangan air tak kunjung surut.
Belum lagi area parkir disulap menjadi lapak darurat. Dan infrastruktur yang seharusnya menopang perekonomian justru jadi beban harian.
Ischak dalam sambutannya berjanji akan menggerakkan dinas terkait untuk segera kordinasi dengan instansi terkait menata ulang pasar.
Ia juga menyoroti urgensi jalan alternatif menghubungkan Margasari dan Jatibarang.
Jalan tersebut kini rusak parah, berlubang, dan minim penerangan, sehingga banyak pengendara, terutama pengemudi sepeda motor, jadi korban lubang menganga di tengah gelapnya jalan.
“Insyaallah dalam waktu dekat, kita akan realisasikan perbaikannya tetapi semua harus melalui mekanisme yang ada meski jalan ini sangat vital untuk konektivitas ekonomi warga,” katanya saat sambutan di hadapan ratusan warga yang hadir Tilik Desa di Jatilaba.
Selain infrastruktur, pemerintah juga akan berencana membangun Puskesmas baru melalui skema tukar guling lahan dengan Perhutani.
Menurut Bupati, semua dokumen terkait tukar guling lahan milik Perhutani sudah berada di tingkat kementerian, jadi tinggal menunggu persetujuan resmi.
Namun demikian, masyarakat Kecamatan Margasari tak meminta banyak. Mereka hanya ingin bisa berdagang tanpa takut becek, melintasi jalan tanpa khawatir celaka, dan berobat tanpa harus ke luar kecamatan.
Bagi masyarakat Kecamatan Margasari, Tilik Desa bukan soal datangnya pejabat dan kilatan kamera dari handphone Bukan pula sekadar seremonial meninggalkan baliho dan spanduk tetapi ingin melihat bukti nyata, perubahan konkret yang bisa dirasakan.
“Kami mendengar akan ada pembangunan Puskesmas baru di lahan Perhutani sejak masa Bupati Enthus, Bupati Umi dan saat ini Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman belum juga terrealisaai ujar Eko Riyanto Kades Margasari saat dialog interaktif.
Kini, masyarakat Kecamatan Margasari menanti. Menanti apakah janji itu akan menjelma dalam wujud proyek, perbaikan, dan pembangunan. Atau kembali hanyut bersama air hujan turun tanpa ampun dan tak pernah benar-benar surut dari pasar mereka. (*)
Pewarta | : Cahyo Nugroho |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |