TIMES TEGAL, TEGAL – Udara pagi di Alun-Alun Hanggawana, Slawi, Kamis (13/11/2025), terasa berbeda. Aroma sate yang dibakar di atas bara arang menyeruak di antara riuh tawa pengunjung yang memadati area Festival Sate Tegal Sejuta Cerita.
Asap tipis mengepul, berpadu dengan semangat masyarakat yang datang dari berbagai penjuru Kabupaten Tegal. Hari itu, Kamis 13 Nopember 2025 Kabupaten Tegal merayakan sesuatu yang lebih dari sekadar kuliner, yakni merayakan identitas dan kebersamaan melalui Festival Sate Tegal Sejuta Cerita.
Festival yang diikuti oleh 35 stan sate ini digelar oleh Kadin Kabupaten Tegal yamg diketuai Mokhamad Amin, menampilkan berbagai variasi sate khas Tegal, mulai dari sate kambing muda yang diolah dengan bumbu tradisional.
Masing-masing stan menampilkan keunikan rasa yang menjadi kebanggaan daerahnya. Di tengah hiruk pikuk suara pedagang dan pengunjung, aroma sate yang menggoda menjadi daya tarik utama yang sulit dilupakan.

Panitia menyediakan 12.000 tusuk sate gratis bagi masyarakat yang menukarkan kupon. Sejak pagi, antrean panjang sudah terlihat di depan tenda-tenda penyaji.
Suara tawa anak-anak, deru kipas sate, dan denting musik tradisional menambah semarak suasana. Bagi warga Tegal, festival ini bukan hanya ajang menikmati makanan, tetapi juga momen kebersamaan setelah sekian lama rindu akan perayaan besar yang mempersatukan.
Bupati Tegal, Ischak Maulana dan Wakil Bupati Ahmad Kholik hadir membuka secara resmi Festival Sate Tegal tersebut. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya menjaga dan mempromosikan kuliner lokal sebagai bagian dari identitas budaya daerah.
“Festival ini bukan sekadar ajang kuliner, tetapi wujud kebanggaan kita terhadap warisan kuliner khas Tegal yang telah menjadi bagian dari identitas daerah,” ujar Bupati Ischak dengan penuh semangat.
Menurutnya, sate Tegal bukan hanya sekadar makanan, melainkan simbol keramahan, kebersamaan, dan kreativitas masyarakat Tegal.
Dengan bahan daging kambing muda yang empuk serta bumbu kecap khas, sate Tegal telah lama menjadi ikon kuliner yang dikenal di berbagai kota.
Selain menjadi daya tarik wisata, festival ini juga membuka peluang bagi pelaku UMKM untuk memperluas pasar, memperkenalkan produk mereka.
Sejumlah pedagang mengaku penjualan mereka meningkat tajam selama festival berlangsung saat ini.
“Biasanya jualan di warung kecil, tapi di sini bisa dikenal banyak orang,” kata Siti, salah satu peserta festival asal Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal saat dikonfirmasi tim media.

Sementara itu, menariknya lagi banyak pengunjung dari luar daerah pun turut hadir. sepertihalnya Bupati Blora Arif Rohman mengatakan datang bersama keluarganya hanya untuk mencicipi sate gratis dan menikmati suasana Tegal yang hangat.
“Rasanya beda. Sate Tegal itu empuk dan bumbunya khas banget,” ujarnya Bupati Blora Arif Rohman saat menikmati sate bersama Bupati Tegal dan Sekda sambil tersenyum.
Menjelang sore, alunan musik dangdut khas pantura mengiringi penutupan acara. Wajah-wajah puas terlihat di antara sisa arang dan tusuk sate yang berserakan.
Bagi masyarakat Tegal, festival ini bukan sekadar pesta kuliner, melainkan pengingat bahwa kebanggaan akan budaya lokal dapat tumbuh dari hal sederhana seperti sepotong sate yang dibakar dengan cinta dan disajikan dengan senyum.
Dengan Festival Sate Tegal Sejuta Cerita, Kabupaten Tegal tak hanya menegaskan diri sebagai daerah dengan kuliner khas yang kuat, tetapi juga sebagai pusat budaya yang terus hidup dan berinovasi di tengah perubahan zaman. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Festival Sate Tegal Satu Rasa Sejuta Cerita, Aroma Kebersamaan dari Bara Arang Slawi
| Pewarta | : Cahyo Nugroho |
| Editor | : Deasy Mayasari |